Masalah & Momen Terburuk pada Blackberry
Juni 2011
Research In Motion (RIM) selaku perusahaan produsen dari
Blackberry ini, pendapatannya menurun sekitar 9 % menjadi 4,2 milar dolar AS
dibandingkan periode sama tahun lalu. Laba bersih anjlok menjadi 329 juta dolar
AS.
Agustus 2011
Target penjualan Blackberry Playbook diluar
ekspektasi. RIM menargetkan terjual 700 ribu unit pada kuartal II 2011, namun
hanya laku 200 unit. Selanjutnya penjualan terus merosot.
Oktober 2011
BBM dan Email Blackberry tumbang di Eropa, Timur
Tengah dan Afrika. Jutaan pengguna mengalami masalah dalam mengirim Email dan
memakai BBM. Hal ini membuat kepercayaan terhadap kualitas jaringan RIM
merosot.
November 2011
Penjualan perdana Blackberry Bellagio (9790) di
Indonesia rusuh dan memnyebabkan kekacauan. Blackberry playbook diobral dimana
RIM memangkas tablet Playbook dibawah harga ritel karena kurang diminati dan
dijual cukup mahal.
Desember 2011
RIM merelakan nama BBX karena telah dipatenkan oleh
perusahaan lain dan mengganti jadi Blackberry 10. Selain itu RIM dilaporkan
menunda system operasi baru blackberry 10 hingga akhir 2012. Di akhir tahun
2012, tercatat market share merosot jauh menjadi 7,86% dibandingkan awal tahun
yang masih 15,03%.
22 Januari 2012
Mike Lazaridis dan Jim Balsillie, pendiri Research
In Motion (RIM) menghadap dewan direksi untuk menyatakan pengunduran diri. Sedangkan
Thorsten Heins diangkat menjadi Chief Executive Officer (CEO) baru,
menggantikan Jim Balsillie dan Mike Lazaridis namun banyak pihak merasa pesimis
dengan kepemimpinannya.
Tidak hanya itu, di Indonesia, serangkaian komitmen
RIM antara pemerintah dan pengguna Blackberry berbuntut kekecewaan yang
memunculkan rencana akan digelarnya aksi “Lempar Blackberry” di depan kedubes
Kanada.
Dan dari pihak operator sendiri seperti Telkomsel,
Indosat dll, juga kesulitan mengatasi trouble shooting serta kualitas yang
kurang maksimal pada perangkat maupun jaringan Blackberry, karena kantor RIM di
Indonesia tidak dilengkapi dengan ahli dibidang teknis untuk menjelaskan
gangguan dan mengatasi permasalahan tersebut. Operator juga mulai mengeluhkan
rendahnya bagi hasil dengan RIM, padahal layanan BIS sangat banyak menyita
kapasitas jaringan operator telekomunikasi. Keseluruhan kinerja RIM yang belum
optimal ini tentu saja jadi beban operator yang harus berhadapan langsung
dengan konsumen.
Bila Blackberry tidak juga membenahi komitmen dan
pelayanannya, apalagi ditengah krisis keuangan internal perusahaannya, maka
lambat laun dominasi ponsel cerdas itu mulai tergeser, yang diprediksi akan
dimulai tahun 2012 ini.
Meski masih menjadi pilihan teratas, rating penjualan
perangkat Blackberry di Indonesia akan cenderung tetap alias tiada kenaikan,
meskipun tidak sehebat tahun-tahun kemarin. Masuknya HP dengan sistem operasi
(OS) Android, sedikit banyak telah menggeser pengguna kalangan atas dari BB ke
Android. Ponsel Android menjadi tren karena rentang harganya dari Rp 800 ribu
s/d Rp 4 juta ditambah dengan fitur-fitur handal yang disematkannya, yang mana
belum tentu ada di BB harga paling murah sekalipun seperti Gemini (Rp 1,9 juta)
yang harus cukup puas dengan jaringan GPRS/EDGE saja.
Kurangnya inovatif dan banyaknya masalah, akankah 2012
ini Blackberry mampu bertahan atau makin terpuruk ya? Pasca kepemimpinan CEO
baru dan ditambah persaingan ketat smartphone berbasis Android yang belakangan
ini menggeser Blackberry dan iPhone seperti yang dikutip dari beberapa lembaga
survey.. hmm, kita liat aja mungkin kalau dimurahin pasti naik pamor lagi tuh
BB… :D
Share Artikel Ini:
Share Artikel Ini:
Comments
Post a Comment